Finalitas Kristus di tengah Pluralisme Agama



         Setiap agama memiliki klaim finalitas atau core belief atau basic belief (keyakinan yang mendasar) yang membentuk belief system (system keyakinan). Maka tidak ada agama tanpa keyakinan dan klaim finalitasnya. Kekristenan memiliki klaim finalitas yaitu Finalitas Kristus. Finalitas Kristus menjadi jantung dari kekristenan. Dapat dibayangkan seorang manusia yang hidup dengan beberapa organ tubuhnya, tetapi tidak memiliki jantung yang menjadi kunci dari hidup dan matinya orang itu, apakah orang itu dapat hidup? Ya tentu tidak, maka Finalitas Kristus menjadi kunci hidup dan matinya orang Kristen. Demikian juga sebagai orang Kristen pemahaman terhadap Finalitas Kristus harusnya secara komprehensif.

         Akan tetapi dalam lingkungan umat beragama, finalitas Kristus sangatlah ditolak, ditambah lagi dengan gerakan pluralisme agama yang semakin menjamur. Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya satu kebenaran yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pluralisme memberikan penolakan kepada Alkitab maupun keunikan Kristus. Keunikan Kristus yang sangatlah dikecam yaitu Finalitas Kristus. Karena Pluralisme memiliki suatu sikap terbuka terhadap adanya kebenaran, bahkan menerima kebenaran yang ada di dalam agama-agama lain, maka tidak ada yang dapat memfinalitaskan kebenarannya, demikianlah Finalitas Kristus ini ditolak. Maka mari kita masuk pada pembahasan apa yang dimaksud dengan Finalitas Kristus itu sendiri.

         Finalitas Kristus adalah doktrin yang paling esensial bagi orang Kristen. Kekristenan tidak dapat berdiri sendiri, kekristenan membutuhkan Kristus. Tanpa Kristus kekristenan tidak berarti. Kristus sebagai subyek dan kekristenan sebagai obyek. Kristus adalah presuposisi kekristenan, maka finalitas Kristus menjadi finalitas kekristenan. Kristus adalah pusat semua isi Alkitab, doktrin Kristen dan kekristenan. Secara khusus, Kristus adalah pusat sejarah keselamatan manusia, di mana Ia adalah satu-satu-Nya yang ditentukan menjadi Pengantara, yang mendamaikan Allah dan manusia. Jadi, doktrin ini menjelaskan Yesus menjadi pusat dari segala sesuatu, keselamatan hanya ada dalam Finalitas Kristus. Finalitas berarti sesuatu yang mutlak dan universal. Kebenaran final sama dengan kebenaran yang mutlak, sama dengan kebenaran universal, yaitu untuk semua orang di segala ruang dan waktu.

        Maka mari kita melihat dua pokok esensial dari Finalitas Kristus:

  1. Finalitas Kristus sebagai Kebenaran yang Absolut.

     Kekristenan mengklaim bahwa Kristus merupakan kebenaran absolut. Yesus mengatakannya secara langsung dalam Yohanes 14:6. Yesus memberikan penegasan terhadap klaimnya bahwa Ia adalah kebenaran yang absolut. Karena pada waktu itu para murid Yesus belum sepenuhnya mengenal Yesus, maka Yesus sendiri yang memberikan paradigma baru kepada murid-murid-Nya. Maka inilah doktrin Finalitas Kristus itu, Yesus sendiri yang berbicara bahwa “Akulah kebenaran itu”.

         Jadi sesungguhnya Yesus sendirilah yang menyatakan bahwa Kristus adalah kebenaran. Yesus Kristus menjadi wahyu Allah. Wahyu umum tidak dapat memfasilitasi manusia mengenal Allah, dan tidak ada satu pun dari ciptaan Allah yang dapat menyelesaikan masalah dosa yang merusak ciptaan Allah. Yesus Kristus menyelesaikan kedua hal ini. Maka kebenaran absolut bisa dikenal karena yang Absolut telah menjadi konkret dalam sejarah dalam pribadi Yesus. Kebenaran yang kita bisa mengerti, ketahui, dan pertahankan, hanyalah di dalam wahyu yang kita peroleh melalui Yesus Kristus.

        2. Finalitas Kristus sebagai satu-satu-nya Juruselamat

         Keselamatan dalam Kristus menjadi Finalitas Kristus. Yesus menjadi satu-satu-Nya jalan keselamatan bagi umat manusia. Dalam Injil Yohanes di patmos, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa “Akulah Alfa dan Omega, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang” (Why. 1:8, 21:6 dan 22:13). Pernyataan Yesus menunjukkan bahwa Yesus yang menjadi Finalitas dalam sejarah. Yesus memulai dengan penciptaan dan sampai penyudahan nanti. Maka dengan pernyataan ini jelas bahwa Yesus satu-satunya yang menjadi pusat. Kemudian Yesus juga menyatakan bahwa “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Jelas bahwa inilah Finalitas Kristus Yesus, manusia tidak dapat datang kepada Bapa tanpa Yesus. Kristus sebagai final dan mutlak.

         Dalam Alkitab Yesus juga menyatakan finalitas-Nya melalui “ego eimi” yaitu Akulah atau Aku adalah. Yesus menyatakan melalui banyak frasa yaitu “Akulah Roti Hidup, Akulah Terang Dunia, Akulah Gembala yang Baik, Akulah Kebangkitan dan Hidup, Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, Akulah Pokok Anggur, dan Akulah Pintu”. Ego Eimi ini menegaskan mengenai finalitas Yesus sebagai satu-satunya Perantara antara Allah dan manusia, satu-satu-Nya jalan kepada Allah, satu-satunya solusi, satu-satunya Penyelamat, satu-satunya sumber hidup. Yesus Kristus sendiri mengetahui dan mengakui keAllahan-Nya.

         Setelah kita mengerti apa itu Finalitas Kristus, mari kita melihat posisi Finalitas Kristus di tengah pluralisme agama yang ada. Posisi Finalitas Kristus di tengah Pluralisme agama merupakan suatu keunikan Kristus. Kaum Pluralisme mengakui keunikan Yesus, tetapi itu hanya bagi agama Kristen saja, karena setiap agama memiliki keunikannya masing-masing, itu menurut mereka. Akan tetapi sesungguhnya Finalitas Kristus ini dapat dibuktikan dengan absolut.

          Dalam agama Islam Muhammad tidak pernah mengklaim diri sebagai Allah, tetapi dalam kekristenan Yesus mengklaim diri sebagai Allah. Dalam kehidupan Yesus di dunia, Ia melakukan banyak mujizat, sedangkan Muhammad tidak pernah melakukan satu pun mujizat dalam kehidupannya. Yesus memberikan kepastian bagi orang Kristen bahwa dia menyediakan jalan keselamatan dengan mati di kayu salib, dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, karena beroleh hidup yang kekal. Sedangkan Muhammad tidak pernah memberikan kepastian ataupun menjelaskan keselamatan yang daripadanya.

         Dalam agama Hindu, setiap umatnya tidak dapat membaca kitab sucinya tanpa tuntunan guru. Guru adalah seorang pengajar dan orang suci yang disembah bahkan setelah kematiannya, karena di anggap sebagai reinkarnasi dewa. Maka mereka melakukan beberapa metode untuk mencapai keselamatan dalam hidup mereka, yaitu melalui meditasi. Tetapi dalam kekristenan Alkitab sangat terbuka untuk dimengerti oleh siapa saja yang mau membacanya. Hindu dalam ajarannya mengajarkan bahwa terang kehidupan berasal dari diri manusia yang berdosa. Dalam kekristenan, Yesus adalah terang kehidupan. Keselamatan dalam Hindu dengan upaya meditasi, tetapi dalam Kristen keselamatan adalah anugerah di dalam Yesus Kristus.

         Dalam agama Buddha, penganutnya melakukan meditasi untuk mencapai Nirwana. Pesan terakhir dari Gautama sebagai pendiri agama ini adalah “Buddha menunjukkan jalan, kerjakanlah keselamatanmu dengan rajin”. Maka hal ini menunjukkan tidak ada kepastian dalam agama Buddha, sedangkan dalam kekristenan adanya kepastian di dalam Yesus Kristus bahwa Dia adalah Juruselamat dan yang akan datang, yaitu kehidupan setelah kematian (Yoh. 14:6).

         Agama-agama di dunia ini dalam keberagamannya tidak dapat memberikan kepastian dalam keselamatannya dan tidak dapat menjelaskan ajarannya secara absolut, selain kekristenan. Maka kekristenan amatlah unggul dengan Finalitas Kristus yang adalah satu-satunya Juruselamat dan Kebenaran yang absolut. Kristus adalah kepenuhan Allah, Dia adalah Allah yang menyelamatkan secara final. Tidak ada yang lain seperti Tuhan Yesus Kristus. Demikianlah Finalitas Kristus di tengah pluralisme Agama.

         Maka dalam hidup beragama, haruslah orang Kristen tidak kompromi dengan Finalitas Kristus. Tantangan Pluralisme Agama haruslah dapat dikritisi dengan baik, dengan tetap menekankan Finalitas Kristus yang absolut dan Finalitas Kristus yang hanya satu-satu-Nya jalan keselamatan bagi umat manusia. Mencoba untuk mengkompromikan Finalitas Kristus sama saja dengan sebuah tindakan yang mengkerdilkan Kristus dari Finalitas-Nya.



Referensi:

         [1] Stevri Lumintang, Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama, (Malang: Gandum Mas, 2004)

      [2] Stevri Lumintang, Finalitas Kristus dan Kekristenan, (Jakarta: Geneva, 2018)

      [3] Stevri Lumintang, Theologia Reformasi Gereja Abad XXI, (Jakarta: Geneva, 2017)

       [5] Stephen Tong, Kristus: Jalan, Kebenaran & Hidup, (Surabaya: Momentum, 2019)

       

Comments

Post a Comment